Senin, 06 Desember 2010

PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk mencerdaskan kehidupan. Hakekat pendidikan adalah membentuk karakter dan membina pribadi seseorang sehingga mampu bermanfaat dan hidup mandiri di dunia nyata. Pendidikan akan berlangsung sepanjang hayat. Beragam bentuk pendidikan bisa kita jumpai di sekeliling kita, ada pendidikan formal maupun non formal.
Masih tergambar jelas dalam benak kita, bagaimana kita dulu berupaya keras untuk bisa masuk dan bersekolah di sekolah favorit (yang notabene adalah sekolah negeri). Mulai dari SD negeri, SMP negeri sekian hingga SMA negeri itu. Terakhir, dipamungkasi dengan berjibaku berusaha meloloskan diri untuk bergabung dalam Perguruan Tinggi (yang lagi-lagi negeri). Beragam upaya ditempuh untuk mewujudkannya. Mulai dari belajar keras tanpa kenal lelah, tanya sana- sini seputar kiat sukses hingga tak jarang ada juga yang mempersiapkan sekian ratus ribu hinngga sekian juta rupiah (katanya sih sebagai uang pelicin).
Meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat akan arti penting pendidikan membuat semakin banyak bermunculan lembaga-lemaga pendidikan. Lembaga tersebut didirikan secara mandiri atau lebih dikenal dengan istilah 'swasta'. SD,SMP,SMA hingga perguruan tinggi swasta mulai dikenal dan dijadikan rujukan oleh masyarakat. Khalayak ramai mulai menjadikan sekolah swasta sebagai pilihan. Karena kekhas annya, keistimewaannya, kurikulumnya dan hal-hal lain. Hal ini menjadikan perkembangan dan progesivitas sekolah menjadi semakin meningkat. Setiap unit bergerak dan berusaha untuk optimal dan melayani sebaik-baiknya sebagai wujud dari keikhlasan pendidikan (yang seharusnya).
Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Semua anak pasti ingin bersekolah. Setiap orangtua pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya. Saat ini, semua sekolah negeri harus sudah menggratiskan biaya sekolah (SPP) dan tidak boleh mengadakan pungutan apapun kepada siswanya. Bahasa kerennya adalah Sekolah Gratis. Efek positifnya, sudah pasti sangat meringankan beban para murid. Walaupun baru digratiskan biaya SPP nya serta buku pelajaran (karena mendapatkan pinjaman dari perpustakaan) namun sangat membantu. Tentu para orang tua harus juga menyiapkan uang saku, perlengkapan sekolah, seragam dan sepatu serta kebutuhan dasar lainnya.

Kondisi ini belum bisa diimbangi oleh sekolah swasta. Swasta harus melakukan pengelolaan mandiri dan penggalian usaha dana secara mandiri pula. Salah satu sumber dana riil sekolah swasta, adalah iuran dari orang tua murid. Dana yang bersumber dari pos tersebut lah yang selanjutnya dimenej untuk kebutuhan operasional sekolah, mulai dari gaji guru hingga membeli alat tulis. Mulai dari membayar listrik hingga angkos air PAM. dan juga masih banyak kebutuhan lainnya.
Upaya peningkatan alokasi anggaran bidang pendidikan dari APBN, maupun APBD menghasilkan beragam bantuan . Mulai dari dana BOS, BPP dan bantuan-bantuan lainnya mengalir ke bendahara-bendahara sekolah baik sekolah negeri maupun swasta. Kondisi tersebut mampu membantu sekolah untuk mengurangi beban biaya operasionalnya. Mulai dari gaji guru, biaya perbaikan sekolah, pengadaan buku perpustakaan, renovasi gedung dan sebagainya.

Namun, hati ini mendadak menjadi seperti tersayat-sayat ketika dua hari lalu saya menerima sebuah pesan singkat dari seorang sahabat. Pesannya seperti ini :
" Bagaimana pendapat mbak kalau ada sebuah sekolah yang memperlakukan siswa-siswanya yang belum melunasi uang gedungnya dengan perlakuan yang berbeda? Mereka tetap mengizinkan siswa tersbut untuk ikut ulangan akhir semester , hanya saja tidak mendapatkan meja dan kursi seperti biasa.Mereka harus mengerjakan di lantai, mbak. .."

Ya Alloh,..sedih sekali saya mendengarnya.
Setahu saya, asas dan konsep dasar bahwa layanan pendidikan adalah pendidikan untuk semua. Untuk semua anak, tanpa kecuali. Tak peduli apakah mereka miskin, terbatas kemampuannya, berkebutuhan khusus maupun yang berpenghasilan dan berada, maka semua berhak untuk mendapatkannya. Dengan konsep dasar layanan pendidikan yang slah satunya adalah adil, tidak memihak dan mewadahi semua jenis kebutuhan..maka tidak ada alasan untuk melakukan perbedaan layanan.
Setiap anak pastilah berkeinginan untuk berada dalam kondisi yang baik. Lingkungan rumah yang baik, keluarga yang menyayanginya, kondisi keuangan yang baik, keadaan tubuh yang lengkap, guru yang hangat dan menyayangi murid-muridnya dan beragam kondisi membahagiakan lainnya. Namun sesungguhnya apa yang Allah SWT tetapkan dan mungkin berbeda dari apa yang diinginkan adalah salah satu dari rahasia Nya. Mungkin ada yang dilahrkan dalam kondisi anggota tubuh yang tidak lengkap, berada dalam keluarga yang miskin, tidak mampu, pas-pasan ataupun berkecukupan namun tidak saling menyayangi satu sama lain. Itu adalah hal yang harus disyukuri. Kaena Allah SWT yang telah menjadikannya sebagai ujain ketakwaan bagi hambaNya yang mengetahui.
Termasuk kondisi yang diceritakan teman saya tersebut. Saya cukup paham bagaimana latar belakang keluarganya, kondisi keuangannya dan semangatnya untuk tetap menyediakan dana pendidikan bagi adiknya. Bahkan sampai merelakan untuk cuti kuliah demi bisa membiayai sekolah lanjutan bagi adik tercintanya. Seharusnya pihak sekolah bisa mencari solusi yang lebih manusiawi bagi masalah tersebut. Misalnya, dengan memberikan surat pemberitahuan jauh-jauh hari sebelum ujian berlangsung, dan mengadakan kesepakatan tertulis dengan orang tua wali, sehingga bisa mempersiapkan uang untuk melunasi hutang atau kekurangan biaya. Selain itu, mengapa tidak pemberian rapornya saja yang ditangguhkan. Sepaham saya, beberapa sekolah menyiasati kondisi seperti ini dengan menyimpan sementara rapor yang seharusnya dibagikan pada saat penyerahan rapor. Intinya adalah, biarkan siswa melaksanakan kewajibannya dan mendapatkan haknya untuk mengikuti ujian hingga selesai, membuktikan kemampuannya dan selepas itu mengetahui hasilnya. Hendaknya orangtua juga mengkomunikasikan secara terbuka, kekurangan dan permasalahan yang dihadapi. Dengan perimbangan yang adil dan cara pandang pihak sekolah yang bijak, saya yakin masalah seperti ini tidak akan mengemuka lagi. Apalagi jika samapi menimbulkan rasa minder di diri siswa. Ingatlah, bagaimanapun juga, mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet perjuangan negeri ini. Penghargaan dan pengakuan atas keberadaan mereka akan membuat mereka berjuang keras untuk meraih cita-cita dan lepas dari kondisi yang tidak mereka ingingkan tersebut. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar